Cerita sukses di perantauan tentunya identik dengan dengan hal - hal yang menyenangkan dan indah selama diperantauan. Namun pada tulisan ini saya akan berbagi cerita kisah sakitnya merantau yang terus berjuang hingga sukses meraih mimpi. Pertama kali saya merantau masih bersama dengan ibusSaat masih mengenyam dibangku SMPdi Kota martapura. Saat itu benar - benar perjuangan jauh dari Ayah dan adik-adik yang sudah pindah ke Kalimantan Timur Samarinda. Sebagai seorang anak tertua tentunya saya punya tanggung jawab untuk menjaga ibu. Saat merantau di riau banyak hal unik yang bisa di ceritakan. Dari di saat SD hingga SMP sekitar 4 tahun lamanya di bumi minyak indonesia ini. Selama merantau dikota ini saya benar benar dituntut untuk bisa mandiri, punya tanggung jawab lebih sebagai anak tertua dan berjuang membangun karakter dengan pola hidup yang bersaing ingin menjadi no.1. Di ranah minang ini saya memiliki banyak teman yang punya Impian yang tinggi, punya motivasi yang lebih serta ambisi yang luar biasa. Namun ada juga sahabat yang merasa pasrah dengan kehidupan dan menerima takdir tuhan yang diberikan. Dari sinilah awalnya karakter saya terbentuk ingin menjadi seorang yang kuat, mandiri dan bisa banyak berbagi manfaat kepada orang lain disekitar saya. Setelah merantau di riau saya sempat kembali ke Kalimantan di Kota Pontianak untuk menamatkan sekolah Tsnawiyah hingga selesai. Dan barulah episode kedua merantau di mulai yakni merantau di Ibu Kota yang dikenal kejam saat masih di bangku sekolah SMK. Di Ibu kota ini banyak cerita yang akan saya bagi. Saat menginjakkan kaki di jakarta pertama sekali pada tahun 2005 hingga 2008. Diawal sekali sudah punya tekad saya sudah harus siap mental, tahan banting dan berani mengambil resiko untuk hidup yang dijalani dijakarta sendirian tanpa ada orangtua dan keluarga saat itu. Dijakarta banyak kejadian yang tidak mengenakkan terjadi, mulai di todong dan dipalakin, dikejar sama anak - anak sekolah yang sedang tawuran, kehilangan handphone, merasakan banjir maha dahsyat di tahun 2006 dan 2007. Semua itu saya lalui dengan ketabahan dan terus bangkit dan tidak patah semangat demi Impian saya sukses di tanah rantau dan pulang kembali ke kampung halaman dengan bekal ilmu dan pengalaman yang bisa di share. Di jakarta saat saat masih sekolah smk saya mulai berbisnis jualan pulsa keliling, menjadi guru ngaji di TPA masyarakat sekitar. Hal itu sebenarnya saya lakukan bukan karena ekonomi semata, namun sekali lagi saya ingin membangun jati diri, membangun karakter dan tentunya menjalani episode kehidupan dengan benar. Sakitnya banyak, saat pembayaran uang pulsa macet, anak-anak yang ikut pengajian dari latar pendidikan putus sekolah bahkan sampai ada yang mengaku mantan pengguna narkoba. Saya semakin punya motivasi ingin berkarya, ingin berbagi semangat untuk orang disekitar saya agar dia yakin bahwa hidup itu bukan untuk hari ini saja tapi ada hari esok, masih ada mimpi yang harus dikejar demi masa depan yang cerah. Dijakarta lah saya juga mulai bergabung dengan keorganiasasian pelajar jakarta dan organisasi ektsra lainnya yang bisa menambah bekal saya menjadi seorang leader dimasa depan. Pernah kejadiaan saat ikut aksi turun kejalan di Bundaran HI dikejar polisi, disusupi penyusup dan lainnya. Sekali lagi inilah proses yang harus saya lewati agar punya mental yang kuat, berani dalam bertindak dan tegar dalam menjalani episode demi episode kehidupan. Selesai dari sekolah SMK di daerah daan magot jakarta barat tahun 2008, saya harus memilih untuk bekerja atau melanjutkan ke jenjang perkuliahan di perguruan tinggi. pada waktu itu bulan mei saya ingat setelah selesai UAN (Ujian Akhir Nasional) saya mengikuti salah satu lomba cipta elenktronika nasioan (LCEN) di ITS Surabaya. Inilah jalan tuhan yg maha kuasa mungkin menurut saya agar saya memilih untuk melanjutkan kuliah. Saat itu berangkat ke Surabaya untuk mengikuti lomba dengan menggunakan kereta dari Gambir. Dijadwal kami harus berangkat pukul 5sore namun karena macetnya ibu kota saat itu saya dan sahabat telat 15 menit. Alhasil kami ketinggalan kereta eksekutif saat itu. sayapun tidak menyerah begitu saja karena ini adalah awal mimpi saya untuk berprestasi. dan akhirnya setelah berhasil melobi kepala stasiun gambir diperbolehkan menumpang kereta bisnis pada jam berikutnya. Namun apa daya karena kami ini menumpang mau ga mau sakit juga yang kami alami, mau tidak mau kami tidur dilantai depan toilet dan jalan. Sekali lagi ini perjalanan pertama yang mungkin tidak mengenakkan namun saya tidak akan pernah kecewa karena di akhir Alhamdulillah hasil manis kami peroleh menyabet gelar Juata II Nasional bidang mikrontroler pelajar. Semua ini saya percaya bahwa Tuhan akan menggantikan usaha kerjasa kita dengan hasil yg baik juga. Jadi jangan berharap Mimpi kita akan terwujud tanpa perjuangan dan semangat meraihnya. Selesai lomba cipta elektronika tersebut, kabar baiknya adalah saya diberi kemudahan untuk ikut beasiswa di peruruan tinggi negeri tersebut. Dan benar saja dengan melampirkan sertifikat lomba yang didapat, sayapun diterima di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di daerah Indonesia timur yaitu Insitut teknologi Sepuluh Nopember. Perantauan episode berikutnya pun saya jalani di Kota pahlawan Surabaya. Kota ini sungguh sangat berkesan , orangnya sangat ramah, kalau kongko(berkumpul) serasa menjadi keluarga sendiri karena masih ada unsur kekeluargaan gotong royong, saling membantu antar sesama teman. Inilah bedanya mungkin dulu merantau di Riau dan Jakarta. Di Surabaya saat masih kuliah saya melatih jiwa bisnis kembali dengan menjual pulsa, mengeprintkan tugas mahasiswa, menjual snack ringan dan lainnya. Pada intinya saya ingin melatih kembali semangat bisnis dan mulai dari awal menjadi seorang pengusaha. Namun selama 4 semester saya jalani bisnis tersebut tutup satu persatu. Sekali lagi, inilah indahnya perjuangan, saya harus melalui episode keGAGALan berulag kali dalam membangun Mimpi. Saya juga sempat Gagal Sidang Ujian Tugas Akhir yang harusnya lulus normal empat tahun namun harus menajdi 4,5 tahun. Semua epiode kegagalan itu saya hadapi dengan tegar dan terus mengevaluasi diri, apa yang salah, apa yang harus diperbaiki. Satu kekuatan saya agar selalu tetap semangat meraih mimpi adalah doa orang tua dan terutama doa IBU. Karena doa itulah saya masih terus berjuang untuk terus memperjuangkan mimpi saya selama di perantauan. Dibalik kegagalan itu ada hikmah, Pada tahun 2011 bulan september saya mulai bangkit dan bersama teman - teman mahsiswa ITS membangun komunitas belajar dan software house yang kami beri nama DTS (Dynamic Team Solution). Sebuah small company yang berisikan mahasiswa semester 7 waktu itu yang mau memulai usaha dari 0. Dan pada tahun 2012 kami sudah mempunya badan usaha yang berdomisi di Sidoarjo dan Surabaya. Saat ini saya sebagai salah satu founder di DTS masih terus eksis membangun perusahaan ini yang alhamdulillah clien kami sudah masuk ke Instansi Pemerintah, BUMN dan hingga negeri tetangga Malaysia. Pencapaian yang kami dapat ini tentunya buah hasil dari kerja keras seluruh anggota DTS tim yang terus berkarya, berbagi manfaat terhadap sesama. Puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa bahwa rezeki yang kami dapat ini lebih dari cukup sebagai mahasiswa tingkat pakhir pada waktu itu. Dan sekarang saya masih melanjutkan sekolah pascasarjana dengan mendapatkan dana Beasiswa dari DIKTI. Ini semua saya yakin adalah kuasa Allah yang kuasa, atas takdirnya lah saya seperti sekarang ini, dan tentunya berkat doa ibu dan sahabat yang selalu medoakan. Semoga cerita ini ada hikmah, Pesan yang mau saya sampaikan dari Tulisan ini adalah. Selama kita diperantauan teruslah berjuang untuk meraih impian kita. Jangan pernah ragu,Mimpi adalalah doa dan harus diperjuangkan.Biarkan orang lain berkata aneh tentang mimpi kita, tapi yakini kita mampu merealisasikan mimpi kita menjadi nyata.
Cerita sukses di perantauan tentunya identik dengan dengan hal - hal yang menyenangkan dan indah selama diperantauan. Namun pada tulisan ini saya akan berbagi cerita kisah sakitnya merantau yang terus berjuang hingga sukses meraih mimpi. Pertama kali saya merantau masih bersama dengan ibusSaat masih mengenyam dibangku SMPdi Kota martapura. Saat itu benar - benar perjuangan jauh dari Ayah dan adik-adik yang sudah pindah ke Kalimantan Timur Samarinda. Sebagai seorang anak tertua tentunya saya punya tanggung jawab untuk menjaga ibu. Saat merantau di riau banyak hal unik yang bisa di ceritakan. Dari di saat SD hingga SMP sekitar 4 tahun lamanya di bumi minyak indonesia ini. Selama merantau dikota ini saya benar benar dituntut untuk bisa mandiri, punya tanggung jawab lebih sebagai anak tertua dan berjuang membangun karakter dengan pola hidup yang bersaing ingin menjadi no.1. Di ranah minang ini saya memiliki banyak teman yang punya Impian yang tinggi, punya motivasi yang lebih serta ambisi yang luar biasa. Namun ada juga sahabat yang merasa pasrah dengan kehidupan dan menerima takdir tuhan yang diberikan. Dari sinilah awalnya karakter saya terbentuk ingin menjadi seorang yang kuat, mandiri dan bisa banyak berbagi manfaat kepada orang lain disekitar saya. Setelah merantau di riau saya sempat kembali ke Kalimantan di Kota Pontianak untuk menamatkan sekolah Tsnawiyah hingga selesai. Dan barulah episode kedua merantau di mulai yakni merantau di Ibu Kota yang dikenal kejam saat masih di bangku sekolah SMK. Di Ibu kota ini banyak cerita yang akan saya bagi. Saat menginjakkan kaki di jakarta pertama sekali pada tahun 2005 hingga 2008. Diawal sekali sudah punya tekad saya sudah harus siap mental, tahan banting dan berani mengambil resiko untuk hidup yang dijalani dijakarta sendirian tanpa ada orangtua dan keluarga saat itu. Dijakarta banyak kejadian yang tidak mengenakkan terjadi, mulai di todong dan dipalakin, dikejar sama anak - anak sekolah yang sedang tawuran, kehilangan handphone, merasakan banjir maha dahsyat di tahun 2006 dan 2007. Semua itu saya lalui dengan ketabahan dan terus bangkit dan tidak patah semangat demi Impian saya sukses di tanah rantau dan pulang kembali ke kampung halaman dengan bekal ilmu dan pengalaman yang bisa di share. Di jakarta saat saat masih sekolah smk saya mulai berbisnis jualan pulsa keliling, menjadi guru ngaji di TPA masyarakat sekitar. Hal itu sebenarnya saya lakukan bukan karena ekonomi semata, namun sekali lagi saya ingin membangun jati diri, membangun karakter dan tentunya menjalani episode kehidupan dengan benar. Sakitnya banyak, saat pembayaran uang pulsa macet, anak-anak yang ikut pengajian dari latar pendidikan putus sekolah bahkan sampai ada yang mengaku mantan pengguna narkoba. Saya semakin punya motivasi ingin berkarya, ingin berbagi semangat untuk orang disekitar saya agar dia yakin bahwa hidup itu bukan untuk hari ini saja tapi ada hari esok, masih ada mimpi yang harus dikejar demi masa depan yang cerah. Dijakarta lah saya juga mulai bergabung dengan keorganiasasian pelajar jakarta dan organisasi ektsra lainnya yang bisa menambah bekal saya menjadi seorang leader dimasa depan. Pernah kejadiaan saat ikut aksi turun kejalan di Bundaran HI dikejar polisi, disusupi penyusup dan lainnya. Sekali lagi inilah proses yang harus saya lewati agar punya mental yang kuat, berani dalam bertindak dan tegar dalam menjalani episode demi episode kehidupan. Selesai dari sekolah SMK di daerah daan magot jakarta barat tahun 2008, saya harus memilih untuk bekerja atau melanjutkan ke jenjang perkuliahan di perguruan tinggi. pada waktu itu bulan mei saya ingat setelah selesai UAN (Ujian Akhir Nasional) saya mengikuti salah satu lomba cipta elenktronika nasioan (LCEN) di ITS Surabaya. Inilah jalan tuhan yg maha kuasa mungkin menurut saya agar saya memilih untuk melanjutkan kuliah. Saat itu berangkat ke Surabaya untuk mengikuti lomba dengan menggunakan kereta dari Gambir. Dijadwal kami harus berangkat pukul 5sore namun karena macetnya ibu kota saat itu saya dan sahabat telat 15 menit. Alhasil kami ketinggalan kereta eksekutif saat itu. sayapun tidak menyerah begitu saja karena ini adalah awal mimpi saya untuk berprestasi. dan akhirnya setelah berhasil melobi kepala stasiun gambir diperbolehkan menumpang kereta bisnis pada jam berikutnya. Namun apa daya karena kami ini menumpang mau ga mau sakit juga yang kami alami, mau tidak mau kami tidur dilantai depan toilet dan jalan. Sekali lagi ini perjalanan pertama yang mungkin tidak mengenakkan namun saya tidak akan pernah kecewa karena di akhir Alhamdulillah hasil manis kami peroleh menyabet gelar Juata II Nasional bidang mikrontroler pelajar. Semua ini saya percaya bahwa Tuhan akan menggantikan usaha kerjasa kita dengan hasil yg baik juga. Jadi jangan berharap Mimpi kita akan terwujud tanpa perjuangan dan semangat meraihnya. Selesai lomba cipta elektronika tersebut, kabar baiknya adalah saya diberi kemudahan untuk ikut beasiswa di peruruan tinggi negeri tersebut. Dan benar saja dengan melampirkan sertifikat lomba yang didapat, sayapun diterima di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di daerah Indonesia timur yaitu Insitut teknologi Sepuluh Nopember. Perantauan episode berikutnya pun saya jalani di Kota pahlawan Surabaya. Kota ini sungguh sangat berkesan , orangnya sangat ramah, kalau kongko(berkumpul) serasa menjadi keluarga sendiri karena masih ada unsur kekeluargaan gotong royong, saling membantu antar sesama teman. Inilah bedanya mungkin dulu merantau di Riau dan Jakarta. Di Surabaya saat masih kuliah saya melatih jiwa bisnis kembali dengan menjual pulsa, mengeprintkan tugas mahasiswa, menjual snack ringan dan lainnya. Pada intinya saya ingin melatih kembali semangat bisnis dan mulai dari awal menjadi seorang pengusaha. Namun selama 4 semester saya jalani bisnis tersebut tutup satu persatu. Sekali lagi, inilah indahnya perjuangan, saya harus melalui episode keGAGALan berulag kali dalam membangun Mimpi. Saya juga sempat Gagal Sidang Ujian Tugas Akhir yang harusnya lulus normal empat tahun namun harus menajdi 4,5 tahun. Semua epiode kegagalan itu saya hadapi dengan tegar dan terus mengevaluasi diri, apa yang salah, apa yang harus diperbaiki. Satu kekuatan saya agar selalu tetap semangat meraih mimpi adalah doa orang tua dan terutama doa IBU. Karena doa itulah saya masih terus berjuang untuk terus memperjuangkan mimpi saya selama di perantauan. Dibalik kegagalan itu ada hikmah, Pada tahun 2011 bulan september saya mulai bangkit dan bersama teman - teman mahsiswa ITS membangun komunitas belajar dan software house yang kami beri nama DTS (Dynamic Team Solution). Sebuah small company yang berisikan mahasiswa semester 7 waktu itu yang mau memulai usaha dari 0. Dan pada tahun 2012 kami sudah mempunya badan usaha yang berdomisi di Sidoarjo dan Surabaya. Saat ini saya sebagai salah satu founder di DTS masih terus eksis membangun perusahaan ini yang alhamdulillah clien kami sudah masuk ke Instansi Pemerintah, BUMN dan hingga negeri tetangga Malaysia. Pencapaian yang kami dapat ini tentunya buah hasil dari kerja keras seluruh anggota DTS tim yang terus berkarya, berbagi manfaat terhadap sesama. Puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa bahwa rezeki yang kami dapat ini lebih dari cukup sebagai mahasiswa tingkat pakhir pada waktu itu. Dan sekarang saya masih melanjutkan sekolah pascasarjana dengan mendapatkan dana Beasiswa dari DIKTI. Ini semua saya yakin adalah kuasa Allah yang kuasa, atas takdirnya lah saya seperti sekarang ini, dan tentunya berkat doa ibu dan sahabat yang selalu medoakan. Semoga cerita ini ada hikmah, Pesan yang mau saya sampaikan dari Tulisan ini adalah. Selama kita diperantauan teruslah berjuang untuk meraih impian kita. Jangan pernah ragu,Mimpi adalalah doa dan harus diperjuangkan.Biarkan orang lain berkata aneh tentang mimpi kita, tapi yakini kita mampu merealisasikan mimpi kita menjadi nyata.
Comments
Post a Comment