Skip to main content

Takdirku Ada pada-Mu

Takdirku Ada Pada-Mu

            Takdir setiap manusia ada di tangan sang pencipta. Kaya, miskin, sederhana, kesehatan, bahkan umur pun siapa yang tahu kapan datangnya. Semua hal itu hanya diketahui oleh yang Maha Kuasa.
          Seperti yang akan saya tuturkan dalam cerita kehidupan seorang wanita yang sangat tegar dalam menghadapi kenyataan pahit yang datang silih berganti menghampirinya.
          Di suatu perumahan elit, tinggallah suatu keluarga kecil,  yaitu keluarga Pak Hartono. Pak Hartono bekerja sebagai pegawai perusahaan swasta bonafid yang punya posisi strategis, manajer keuangan. Beliau memiliki lima orang anak, dua orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan. Yang pertama bernama Rena, kemudian Tenri, Anne, Aril, dan Anca. Dan seorang istri yang soleha yaitu ibu Rahma.
          Tiba pada suatu hari, salah satu anak Pak Hartono jatuh sakit yaitu Tenri. Tenri terkena demam tinggi yang menyebabkan ia langsung meninggal dunia.
          Tidak lama kemudian, si bungsu Anca menyusul Tenri kakaknya karena terkena demam tinggi pula. Selanjutnya sang ibunda tercinta mereka pun juga ikut meninggal menyusul kedua anaknya itu karena penyebab yang sama. Sekarang yang tertinggal hanya sang ayah, Rena, Anne, dan Aril.
          Tak ada yang pernah menyangka jika anggota keluarga mereka akan pergi satu persatu dalam waktu yang sangat singkat. Dengan kejadian itu, Pak Hartono dan ketiga anaknya merencanakan untuk shalat tahajud, guna meminta petunjuk dan diberi keikhlasan hati atas kepergian beberapa anggota keluarga mereka pada Allah.
Keesokan harinya, timbullah di benak Anne kalau mereka semua harus mencari tempat tinggal yang baru.
“Terlalu banyak kenangan di rumah ini yang selalu terbawa hingga air mataku tak kuasa kutahan, terlalu sakit untuk selalu merasakan kesedihan setiap kali menatap ruang tempat kami selalu berkumpul.” Kata Anne dalam hati.
 Anne sudah tidak merasa nyaman lagi tinggal di rumah itu. Sempat terlintas di pikiran Anne jika ada faktor x dibalik meninggalnya sebagian anggota keluarganya tetapi firasat jelek itu Anne buang jauh-jauh, mungkin ini semua murni kuasa Tuhan. Tapi Anne tetap ingin pindah dari rumah yang dihuninya sekarang.
Keesokan harinya, Anne pun membicarakan hal tersebut kepada ayahnya. Awalnya Pak Hartono sangat tidak setuju, akhirnya Pak Hartono memutuskan untuk mengikuti saran Anne. Saudara Anne pun Rena dan Aril juga setuju akan hal itu.
Akhirnya beberapa hari kemudian mereka pindah rumah, jauh dari tempat tinggal mereka yang lama. Rumah mereka yang baru ini cukup sederhana dibandingkan rumah mereka yang dulu tetapi tetap mewah. Mereka pun memulai hidup yang baru.
          Setelah seminggu mereka menghuni rumah barunya, ada seorang lelaki yang selalu mengintai Anne dari jauh. Anne mengetahui keberadaan lelaki tersebut. Karena Anne selalu melihat lelaki itu memperhatikan dirinya, Anne pun memberanikan diri untuk menghampiri lelaki tersebut.
          “Kamu siapa? Kenapa kamu sering mengikutiku?” Ucap Anne.
          “A..a..aku David. Kamu orang baru yah di sini?” Kata David bermaksud menjabat tangan Anne, tapi Anne hanya menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
          “Iya, aku tinggal di sini dari seminggu yang lalu.” Jawab Anne.
          “Nama kamu siapa?” Tanya David.
          “Nama aku Anne.” Jawab Anne.
          Dari pertemuan tersebut, lambat laun mereka pun saling akrab satu sama lain. Sebenarnya dari pertama kali David melihat Anne dia langsung jatuh cinta.
          Setelah hari demi hari berlalu, kedekatan mereka kian erat. Anne pun mulai menyukai sosok David yang ternyata memiliki akhlak yang baik dan sangat tekun beribadah.  Ia merasa kalau David itu sangat beda dengan lelaki yang lain yang pernah ia kenal sebelumnya.
Tepat dua minggu setelah perkenalan itu, David pun ingin menyatakan cintanya ke Anne. David mengajak Anne pergi ke suatu tempat dengan seorang adik sepupunya yang juga seorang wanita. David mengajak sepupunya karena ia tahu kalau Anne tidak mungkin mau pergi dengannya jika hanya berdua.
Setelah tiba di tempat itu, David mengajak Anne duduk di bawah sebuah pohon besar. Anne pun memanggil sepupu David untuk menemaninya pula, tapi David melarangnya. Anne pun heran lalu duduk agak jauh dari posisi David.
          “Anne, ada yang ingin ku katakan padamu.” Ujar David.
          “Apa? Katakana saja.” Kata Anne.
          David pun sedikit gugup, tangannya mendingin bukan kepalan. Tapi ia tetap ingin mengutarakan perasaannya saat itu juga.
          “Anne, entah apa yang kurasa kini. Sangat sulit bagiku untuk mengartikan getaran yang berdetak kencang saat aku dekat dengan mu. Jujur Anne, ini baru kali pertama aku merasakan perasaan seperti ini. Mungkin aku telah jatuh cinta padamu.” kata David dengan suara lirih.
          Suasana hening sejenak.
          “David, begitu telaknya kejutan itu menusukku, aku tak menyangka kalimat itu akan terucap dari bibirmu. Tapi satu yang harus kamu ketahui, aku juga merasakan perasaan yang sama denganmu. Aku juga belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Sungguh, kamu adalah lelaki pertama yang mampu meluluhkan hatiku yang sebelumnya keras akan cinta.” Jawab Anne yang tiba-tiba merunduk malu.
          “Tapi saat ini aku tidak bisa dekat dengan mu terus David, karena aku masih ingin fokus ke pelajaranku.” Lanjut Anne.
          Saat itu David sangat senang mendengar kalimat demi kalimat yang terlontarkan dari mulut Anne yang juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.
          “Hal itu tidak masalah Anne, yang penting aku sudah tahu perasaan kamu ke aku seperti apa. Aku janji, aku akan melamarmu saat kamu telah menyelesaikan pendidikan terakhirmu.” Ujar David tersenyum bahagia.
          Setelah percakapan singkat yang menghasilkan kebahagian itu, mereka kembali pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, Anne menceritakan hal baik itu ke pada ke dua saudaranya, Rena dan Aril. Mereka pun ikut merasakan kebahagian Anne.
          Hari-hari pun mereka jalani layaknya hanya seorang teman. Bulan demi bulan pun gugur sejalan dengan waktu yang terus berputar tanpa henti. Anne kini telah mendapatkan gelar sarjananya sebagai seorang perawat. Hal ini tak luput dari kerja keras dan doanya yang setiap hari ia panjatkan dalam setiap shalatnya.
          Setelah beberapa hari setelah ia resmi menyelesaikan pendidikannya, Anne terus menunggu janji David yang akan segera melamarnya. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini Anne tidak pernah lagi mendapat kabar dari David. Hingga tiba suatu hari saat Anne sedang duduk di teras rumahnya, Anne menerima suatu undangan pernikahan dari seorang yang tidak dikenalinya. Ketika Anne membaca sekilas undangan itu, alangkah terkejutnya hati Anne melihat nama yang tertera pada undangan itu yang tidak lain adalah nama David dengan seorang wanita yang bernama Sari. Seketika, Anne menitihkan air matanya yang tidak dapat ia bendung lagi, orang yang selama ini ia tunggu-tunggu akan melamarnya ternyata akan segera menikah bulan depan dengan wanita lain.
          Mengetahui akan hal ini, Rena segera menenangkan adiknya yang kala itu sedang sangat bersedih. Anne pun menangis terisak di pelukan sang kakak.
           “Kamu yang sabar yah, Dek. Kakak tidak percaya masalah yang kamu hadapi saat ini sepelik itu. Kalau semua sudah terlanjur seperti ini mau diapakan lagi? Serahkanlah semua urusan ini kepada Allah. Perbanyaklah puasa sunah, sedekah dan shalat malam.” Kata Rena menasehati adiknya.
          “Hahh? Shalat malam?” ujar Anne.
          “Yah, shalat tahajud. Mudah-mudahan Allah memberikan petunjuk yang terbaik untukmu.”
          Anne mengangguk. Dulu Anne sering shalat tahajud, tapi karena tidak ada kepentingan apa-apa, Anne jadi jarang melakukannya. Anne pun berpikir, mungkin sekarang saatnya untuk kembali shalat tahajud lagi.
          Anne pun berniat untuk shalat tahajud malamnya. Setelah terbangun, Anne segera menggelar sajadah, menepis gigilan di malam hari beserta rasa kantuk dan malas. Ia pun khusyuk dalam shalatnya hingga menangis teringat peristiwa yang sedang dialaminya. Anne mengadu memohon belas kasihan agar Allah memberikannya petunjuk atas segala masalah yang dihadapinya.
          Setiap malam Anne tersungkur lama dalam sujudnya. Segala keluh kesah dan harapannya tertuangkan. Segala zikir yang ia tahu telah diucapkannya, berharap takkan ada lagi hal serupa yang menimpanya kelak.
          Tibalah suatu hari, saat Anne selesai shalat Duhur, ada seorang tukang pos datang membawakan surat yang ditujukan untuk dirinya. Setelah tukang pos itu pergi, Anne langsung membuka surat tersebut yang ternyata pengirimnya adalah David. Isi surat tersebut tidak lain adalah ucapan permintaan maaf David untuk Anne. Sebenarnya David tidak pernah menghianati perasaan Anne, semua di luar perkiraan David. Ia dijodohkan oleh anak rekan kerja kedua orang tuanya. Itulah Sari. Sari juga sebenarnya sudah memiliki calon pendamping hidup seperti David. Dan menjelang dua minggu sebelum pernikahan, Sari menghilang diduga pergi bersama pilihannya itu. Padahal undangan sudah tersebar hampir 97%.
          Dalam akhir suratnya, David menuturkan “Anne, maukah engkau menggantikan Sari menjadi calon istriku dan duduk bersama di depan penghulu mengikrarkan janji sehidup semati? Jika engkau benar bersedia, sms aku sekarang. Maka  besok aku akan datang ke rumahmu untuk melamarmu.”
          Seketika, Anne pun menangis bahagia dan berkata “Ya Allah, inikah jawaban atas doaku yang setiap malam aku panjatkan kepada-Mu?”
Tanpa menunggu waktu lama, Anne langsung mengambil handphonennya untuk mengSMS David bahwa ia bersedia ingin dilamarnya.
          Keesokan harinya, David beserta keluarganya datang ke rumah Anne untuk menggelar lamaran. Sempat terjadi perseteruan saat itu, karena Rena kakak Anne awalnya tidak menyetujui lamaran tersebut dengan alasan karena David hanya ingin mempermainkan perasaan adikknya dengan selingkuh bersama wanita lain. Tetapi dengan mendengar penjelasan David beserta orang tuanya, akhirnya Rena pun mengerti apa yang telah terjadi.
          Setelah proses lamaran itu selesai, Anne segera menghampiri kakaknya tersebut dan berkata “Kak, apakah kakak tidak akan marah denganku jika aku mendahului kakak menikah?”
          “Anne, jalan takdirmu dengan kakak itu berbeda. Jadi, jika cinta sejatimu telah menghampiri, janganlah kau menyia-nyiakannya. Kakak tidak akan marah padamu, justru kakak senang karena kamu telah menemukan pendamping hidupmu yang akan menjadi iman dalam keluargamu.” Tutur Rena langsung memeluk adiknya dan menangis bahagia.
          Karena persiapan pernikahan sudah sempurna, akhirnya tepat tiga hari setelah proses lamaran, David dan Anne segera melakukan akad nikah. Walaupun dalam undangan yang telah menyebar ke orang-orang bukan nama Anne dan David melainkan nama Sari dan David. Tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi kedua pasangan yang akan menikah ini.
Setelah beberapa saat kemudian, Anne dan David telah menjadi sepasang suami istri. Sungguh Allah Maha Besar, yang memiliki segala cara yang tak terduga untuk kebahagiaan para umatnya. Ini semua juga karena kekuatan tahajud yang setiap malam dijalankan oleh Anne. Sejak saat itu, shalat tahajud menjadi rutinitas Anne setiap malam.
Kebahagian itu tidak selesai sampai di sini, setelah beberapa hari Anne dinyatakan positif hamil. Dan sembilan bulan kemudian, Anne dan David dikaruniai bayi perempuan yang sangat cantik dan bayi mungil itu diberi nama Aisyah. Dengan kedatangan Aisyah membuat rumah tangga mereka semakin erat dan bahagia. Setelah setahun kemudian, Anne melahirkan lagi anak keduanya yaitu seorang bayi laki-laki yang diberinya nama Yusuf.
Dua tahun sudah mereka menjalani hubungan rumah tangga yang sejahtera dengan kedua buah hati mereka. Sampai suatu saat, ujian yang sangat berat menimpa keluarga mereka, Anne jatuh sakit. Hampir setiap malam ia mengeluh sakit dibagian dadanya dan akhirnya harus dibawa ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter dan menginap beberapa hari, ternyata Anne diagnosa mengidap penyakit kanker payudara stadium tiga. Hal ini membuat keluarga besar kedua belah pihak menjadi kaget akan keadaan itu.
Setiap hari, keadaan Anne semakin parah. Ia tidak sanggup lagi merawat kedua anaknya yang masih sangat kecil. Aisyah dan Yusuf pun dirawat oleh Rena. Keuangan David pun semakin hari semakin menipis akibat biaya pengobatan Anne yang lumayan terbilang mahal karena harus rutin kemoterapi. Melihat keadaan itu, Pak Hartono pun juga turun tangan membiayai pengobatan putrinya. Bahkan sampai keduanya jatuh miskin dan tidak ada lagi harta berharga yang dimiliki. Keadaan Anne pun tidak kunjung membaik. Dengan terpaksa segala pengobatan Anne pun dihentikan sementara karena keterbatasan biaya.
Rena yang melihat keadaan adiknya yang semakin memprihatinkan, ia berniat agar selalu melakukan shalat tahajud rutin setiap malam untuk kesembuhan adiknya atau setidaknya diberikan jalan terbaik. Rena bahkan rela meminjam uang puluhan juta pada teman kerjanya untuk melanjutkan pengobatan adiknya itu. Ia pun tidak memikirkan cara bagaimana untuk melunasi hutang-hutangnya itu.
Saat Rena ingin membawa Anne ke rumah sakit kembali, Anne pun menolak.
“Kakak tidak usah repot-repot membawaku ke rumah sakit, karena itu akan sia-sia saja. Lagi pula dari mana kakak akan mendapatkan uang untuk biaya pengobatanku?” kata Anne pelan yang saat itu sudah tersungkur lemah.
“Kamu tenang saja, Dek! Kakak kan punya kerja dan gaji kakak lumayan untuk mencukupi pengobatan kamu.” Jawab Rena dengan angkuhnya yang tidak ingin memberitahukan kepada adiknya bahwa uang yang akan ia pakai untuk pengobatan adiknya adalah uang pinjaman. Agar Anne pun tidak merasa berat menerima tawarannya.
Dengan terpaksa Anne pun mengiyakan tawaran Rena tersebut dengan persetujuan David pula.
Tibanya di rumah sakit, Anne langsung dibawa keruangan dan diperiksa oleh dokter. Ternyata kanker Anne sudah diagnosa stadium akhir dan divonis hidup Anne tidak akan bertahan lama lagi. Seketika Rena dan David yang saat itu mengantarkan Anne ke rumah sakit langsung terbujur lemah dan menyuruh dokter melakukan pengobatan yang terbaik untuk Anne. Tapi apalah daya, dua hari menginap di rumah sakit, Anne pun menghembuskan napas terakhirnya di hadapan keluarga besar tercintanya. Suasana duka pun menyelimuti ruangan itu, terdengar isak tangis yang sungguh menggetarkan hati.
Lima menit setelah kepergian Anne, tercium bau harum misterius dari dalam ruangan tersebut dan semua orang langsung melihat wajah Anne yang saat itu tiba-tiba berseri-seri dan tampak tersenyum. Kemudian Rena berkata dalam hati “Mungkin itu tanda bahwa Anne pergi dengan tenang. Dan terima kasih ya Allah, mungkin ini jalan terbaik untuk adikku biar dia tidak merasakan sakit lagi. Semoga ia tenang di sisimu. Amin.” Sambil mencium kening Anne dan kemudian memeluk Aisyah dan Yusuf yang saat itu belum mengerti apa-apa.
Kemudian, Aisyah dan Yusuf pun dirawat oleh Rena dengan penuh kasih sayang layaknya seorang ibu. Dan mulai saat itu, Rena tidak pernah memikirkan untuk mencari pasangan hidup lagi, karena seluruh perhatiannya hanya ingin ia tujukan kepada Aisyah dan Yusuf. Melihat kasih sayang Rena kepada kedua anaknya, David pun merasa utang budi pada Rena dan kemudian jatuh hati padanya. Akhirnya David pun memutuskan untuk menikahi Rena karena utang budinya dan karena cintanya atas izin Allah.
Setelah menikah dengan Rena, David pun mendapatkan tawaran kerja yang sangat baik dari pekerjaan sebelumnya yaitu menjadi direktur di sebuah perusahaan ternama. Ini semua karena David adalah seorang yang dikenal ulet dan memiliki jiwa dan tanggung jawab yang tinggi. Perekonomian David yang sempat menurun kini kembali normal lagi bahkan bisa dibilang lebih baik dari yang dulu. David dan keluarga barunya pun hidup bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Masa masa Smk

SMK 'Masa di mana aku masih mengenakan seragam putih abu-abu yang bau matahari. Masa yang tak pernah bisa dengan mudah aku lupa, tempatku bersua dengan para sahabat yang sekarang sudah menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Masa di mana aku mulai mengenal cinta, yang kujalani dengan malu-malu namun tak kurang tulusnya. Dan satu hal yang selalu lekat di dalam lingkar kepala, gedung sekolah – tempat segala sudutnya menyimpan ragam cerita. Ah, andai saja aku bisa sekali lagi mencecap masa itu. Hati ini sudah benar-benar rindu. Halo, gedung sekolahku. Apa kabarmu? Dalam pikiranku ada kenangan yang bersenyawa dengan rindu gedung Smk via majalahouch.com Masihkah kamu berdiri gagah, menyambut hujan dan terik matahari dengan tak peduli? Atau justru cat biru tuamu luntur terkelupas, perlahan-lahan, namun pasti? Advertisement Dan masih adakah corat-coret hasil karya murid jahil yang ada di belakang badanmu? Maklumi saja tingkah mereka, itu hanya untuk sementara. Mereka hanya ingin se...

Islam Tanpa Pacaran

Menikah Tanpa Pacaran dalam Islam Menikah tanpa pacaran? Kok bisa? Sepertinya begitulah yang akan ditanyakan sebagian besar anak muda masa kini apabila mendengar ada pasangan yang menikah tanpa melewati proses pacaran terlebih dulu. Bagi kebanyakan orang, istilah pacaran setelah menikah adalah hal yang sulit dibayangkan. Mana mungkin menikah dengan orang yang tidak berpacaran dengan kita, yang berarti tidak kita kenal dengan baik, apalagi kenal dekat. Bahkan bertemu saja mungkin belum pernah sama sekali. Lalu, apakah orang yang berpacaran lebih dulu sebelum menikah mempunyai jaminan bahwa rumah tangganya akan berjalan dengan baik? Jelas, belum tentu. Banyak faktor yang terlibat dalam suatu rumah tangga, jadi bahkan orang yang berpacaran sebelumnya pun bisa menemui masalah ketika memasuki gerbang pernikahan. Banyak juga kasus pasangan yang bercerai padahal sebelumnya sudah berpacaran selama bertahun – tahun.Banyak orang yang tidak mau mengambil resiko untuk menikah tanpa mengen...