SMK 'Masa di mana aku masih mengenakan seragam putih abu-abu yang bau matahari. Masa yang tak pernah bisa dengan mudah aku lupa, tempatku bersua dengan para sahabat yang sekarang sudah menjalani hidupnya sendiri-sendiri.
Masa di mana aku mulai mengenal cinta, yang kujalani dengan malu-malu namun tak kurang tulusnya. Dan satu hal yang selalu lekat di dalam lingkar kepala, gedung sekolah – tempat segala sudutnya menyimpan ragam cerita.
Ah, andai saja aku bisa sekali lagi mencecap masa itu. Hati ini sudah benar-benar rindu.
Halo, gedung sekolahku. Apa kabarmu? Dalam pikiranku ada kenangan yang bersenyawa dengan rindu
gedung Smk via majalahouch.com
Masihkah kamu berdiri gagah, menyambut hujan dan terik matahari dengan tak peduli? Atau justru cat biru tuamu luntur terkelupas, perlahan-lahan, namun pasti?
Advertisement
Dan masih adakah corat-coret hasil karya murid jahil yang ada di belakang badanmu? Maklumi saja tingkah mereka, itu hanya untuk sementara. Mereka hanya ingin sedikit melekatkan identitas, sekedar meninggalkan tanda sederhana untuk bahan tawa saat tua.
Sudah berapa usiamu hingga hari ini? Apakah luka yang ditimbulkan gempa beberapa tahun silam masih ada? Luka yang menyebabkan beberapa bagian tubuhmu mengalami cacat permanen di kanan dan kiri serta membutuhkan sedikit renovasi. Ah, tapi toh gempa itu bukan hal besar buatmu. Pun kamu masih mampu dan dengan setia menaungi manusia hingga detik ini.
Aku ingat ketika pertama kali memandangimu dari jauh, ketika itu aku masih berseragam putih biru. Tak pernah terlintas di lingkar kepalaku bahwa aku akan melanjutkan pendidikan di tempatmu. Namun apa daya, nilai ijazah SMP yang tak mencukupi mengandaskan mimpi untuk menimba ilmu di tempat yang kuingini.
Advertisement
Ah, sudahlah pikirku kala itu, demi meraih sehelai kertas berlabel ijazah SMA, memang inilah jalan yang harus kutempuh. Toh nanti aku akan bertemu manusia-manusia baru yang menggenapkan cerita seru tentang masa mudaku.
Dan, benar saja, di tempatmulah aku menemukan ragam sahabat dan cerita yang tak pernah terlupa dan pasti akan kututurkan ke anak-cucu.
Dari gerbang depan hingga lapangan belakang, setiap sudutmu menyimpan cerita dan kenangan.
semua sudutmu menyimpan cerita mahernie.blogspot.co.id
Masih adakah pos satpam di dekat gerbang menjulangmu? Saksi dimana aku dan kawan-kawan saat harus berlari sebelum jam 7 pagi atau saat kami harus mengiba kepada satpam jaga.
Di tempat itu pula, aku dan satu dua kawan yang suka melanggar aturan harus melapangkan hati saat guru BK mengambil sepatu lengkap dengan kaos kakinya yang memang tidak sesuai dengan aturan. Ah, rasanya baru kemarin semua itu terjadi. Aku juga tidak pernah lupa betapa lapangan nan luas di belakang gerbang hitam itu selalu berjasa memenuhi keinginanku dan teman sekelas bermain basket di sisa hari maupun di tiap pelajaran olahraga.
Atau ketika kami harus mandi sinar matahari saat latihan baris berbaris sehingga membuat kulit kami makin legam. Atau bahkan saat halaman depan gedungmu menampung kami demi kegiatan kemah pramuka di hari Sabtu dan Minggu. Dan yang tentu selalu kuingat adalah apel senin pagi – dimana kami semua selalu mengikuti upacara dengan setengah hati pun ketika harus menerima hukuman saat lupa membawa topi.
Ah, memang lapangan itu selalu berjasa memenuhi kegiatanku dan kawan-kawan. Pun selalu memberikan tempat duduk terbaik ketika jam istirahat tiba. Iya, bangku-bangku taman yang berjajar di sebelah lapangan serta pohon mangga besar yang menaungi merupakan tempat sempurna bagi para siswa untuk bercengkerama.
Mari sejenak menjelajah rongga dalammu, ke ruang kelas kesayanganku. Apakah kursi dan mejanya masih menyimpan bekas perjuangan masa remajakuremaja
Masa di mana aku mulai mengenal cinta, yang kujalani dengan malu-malu namun tak kurang tulusnya. Dan satu hal yang selalu lekat di dalam lingkar kepala, gedung sekolah – tempat segala sudutnya menyimpan ragam cerita.
Ah, andai saja aku bisa sekali lagi mencecap masa itu. Hati ini sudah benar-benar rindu.
Halo, gedung sekolahku. Apa kabarmu? Dalam pikiranku ada kenangan yang bersenyawa dengan rindu
gedung Smk via majalahouch.com
Masihkah kamu berdiri gagah, menyambut hujan dan terik matahari dengan tak peduli? Atau justru cat biru tuamu luntur terkelupas, perlahan-lahan, namun pasti?
Advertisement
Dan masih adakah corat-coret hasil karya murid jahil yang ada di belakang badanmu? Maklumi saja tingkah mereka, itu hanya untuk sementara. Mereka hanya ingin sedikit melekatkan identitas, sekedar meninggalkan tanda sederhana untuk bahan tawa saat tua.
Sudah berapa usiamu hingga hari ini? Apakah luka yang ditimbulkan gempa beberapa tahun silam masih ada? Luka yang menyebabkan beberapa bagian tubuhmu mengalami cacat permanen di kanan dan kiri serta membutuhkan sedikit renovasi. Ah, tapi toh gempa itu bukan hal besar buatmu. Pun kamu masih mampu dan dengan setia menaungi manusia hingga detik ini.
Aku ingat ketika pertama kali memandangimu dari jauh, ketika itu aku masih berseragam putih biru. Tak pernah terlintas di lingkar kepalaku bahwa aku akan melanjutkan pendidikan di tempatmu. Namun apa daya, nilai ijazah SMP yang tak mencukupi mengandaskan mimpi untuk menimba ilmu di tempat yang kuingini.
Advertisement
Ah, sudahlah pikirku kala itu, demi meraih sehelai kertas berlabel ijazah SMA, memang inilah jalan yang harus kutempuh. Toh nanti aku akan bertemu manusia-manusia baru yang menggenapkan cerita seru tentang masa mudaku.
Dan, benar saja, di tempatmulah aku menemukan ragam sahabat dan cerita yang tak pernah terlupa dan pasti akan kututurkan ke anak-cucu.
Dari gerbang depan hingga lapangan belakang, setiap sudutmu menyimpan cerita dan kenangan.
semua sudutmu menyimpan cerita mahernie.blogspot.co.id
Masih adakah pos satpam di dekat gerbang menjulangmu? Saksi dimana aku dan kawan-kawan saat harus berlari sebelum jam 7 pagi atau saat kami harus mengiba kepada satpam jaga.
Di tempat itu pula, aku dan satu dua kawan yang suka melanggar aturan harus melapangkan hati saat guru BK mengambil sepatu lengkap dengan kaos kakinya yang memang tidak sesuai dengan aturan. Ah, rasanya baru kemarin semua itu terjadi. Aku juga tidak pernah lupa betapa lapangan nan luas di belakang gerbang hitam itu selalu berjasa memenuhi keinginanku dan teman sekelas bermain basket di sisa hari maupun di tiap pelajaran olahraga.
Atau ketika kami harus mandi sinar matahari saat latihan baris berbaris sehingga membuat kulit kami makin legam. Atau bahkan saat halaman depan gedungmu menampung kami demi kegiatan kemah pramuka di hari Sabtu dan Minggu. Dan yang tentu selalu kuingat adalah apel senin pagi – dimana kami semua selalu mengikuti upacara dengan setengah hati pun ketika harus menerima hukuman saat lupa membawa topi.
Ah, memang lapangan itu selalu berjasa memenuhi kegiatanku dan kawan-kawan. Pun selalu memberikan tempat duduk terbaik ketika jam istirahat tiba. Iya, bangku-bangku taman yang berjajar di sebelah lapangan serta pohon mangga besar yang menaungi merupakan tempat sempurna bagi para siswa untuk bercengkerama.
Mari sejenak menjelajah rongga dalammu, ke ruang kelas kesayanganku. Apakah kursi dan mejanya masih menyimpan bekas perjuangan masa remajakuremaja
Comments
Post a Comment